Wednesday, May 20, 2015

"ARC RUMAH TUA"
CAPTURE 3,  TERPERANGKAP 1



"Selamat datang di pestaku"
Mendadak muncul suara mengerikan sperti teriakan hantu wnita. Dan sedetik kemudian kabut asap berwarna merah yang menutupi pandangan mereka muncul begitu saja. Ruangan menjadi remang-remang ditambah asap yg menghalangi pandangan. Ditambah suhu ruangan yg dingin menambah rasa ketakutan mereka. Anehnya lagi mereka menjadi kesulitan bernafas.
"Hahahaha. Waktu permainannya telah dimulai. Segeralah keluar dari sini ... atau..."
"hentikan main-mainnya!" teriak Gregg sembari menarik salah satu siluet yg berpakaian sama sepertinya dan terkejut.
Orang diam tak bergerak yg berpakaian sama sepertinya jatuh dan pecah berkeping-keping.
Suara porselen pecah dan teriakan para cewe di ruangan itu memenuhi ruangan.
"atau kalian akan menjadi sepertinya. Hancur berkeping-keping".
Redd mendekati para patung porselen yg duduk mengitari meja itu. Ia melihat para manekin itu tak menampakkan wajah yg serupa n tanpa ekspresi. Ia menghiraukan mereka dan mengambil kertas n surat yg diletakkan di tengah meja. Dia membuka kertas itu dan menemukan sebuah pack film kamera polaroid.yg blm terpakai. Dia mengambil film itu dan menyimpannya di saku kemejanya.
"Kita hrs segera keluar dari sini. Suhuny semakin dingin. Klo tdk kita akan membeku seperti para manekin itu." ujar Seyra sembari menuju pintu dan berusaha membukanya namun terkunci.
"Tak bisa dibuka." teriaknya histeris. Lyfa dan Eva ikut mencoba membantunya namun pintu tetap tak bs trbuka.
"Minggir. Kita akan mencoba mendobraknya." ujar Gregg sembari menerobos para cewe.
Mereka berdua mendobrak pintu itu namun tetap tak bergeming. berkali-kali mereka mendobrak pintu tp tetap tak berhasil jg.
"Takkan berhasil, Gregg. Pintu ini terlalu keras. Kita harus mencari kuncinya." ujar Redd sembari meraba pintu itu yg terasa panas.
"Ruangan ini tadinya kan tdk terkunci. Mana ada kuncinya." sangkalnya.
"Apa kau mau bahumu retak karena mendobrak pintu?" tanya Redd bijak sembari menahan bahu Gregg agar tidak mendobrak pintu lagi. "Lagipula para cewe sdh berusaha mencari kuncinya untuk kita."
Gregg menyerah. Ia ikut mencari kunci bersama keempat temannya.
Seyra, Lyfa, dan Eva mencari di lemari2 makan yang berada di kanan kiri meja. Sedangkan Gregg dan Redd mencari di meja makan.
Suhu ruangan semakin dingin. Mereka hampir menyerah ketika melihat kabut yg semakin tebal dan hampir setinggi dada mereka.
"Apa kita akan mati membeku disini?" tanya Eva pasrah sembari menggigil kedinginan dalam pelukan Redd.
"Tidak. Aku tidak mau mati membeku di sini." ujar Seyra sembari diiyakan Eva. Mereka berdua saling berpelukan.
"Apa tak ada cara lain kita keluar dari sini selain menggunakan kunci?" gumam Gregg. Dia berkali-kali menendang pintu itu. Sewaktu dia menendang pintu itu, sekilas Redd seperti melihat bayangan aneh tak jelas yang muncul di kenop pintu. Bayangan seperti hantu yg muncul ketika pintu ditendang. Namun sepertinya hanya dia yg melihatnya.
Redd teringat dengan pack film yg ia temukan. Mgkn dgn sebuah kamera n pack film dya dapat dy dpt memotret bayangan tak jelas yg mengganggunya itu.
"Redd melepas pelukannya dan memakaikan jaketnya kepada Eva.
"Redd?"
Redd mengeluarkan pack film dari sakunya dan  menunjukkannya pada teman2nya.
"Kalian tahu ini untuk apa? Aku menemukannya di amplod tadi" tanyanya.
"Itu untuk kamera polaroid," jawab Seyra.
"Kalo begitu, seharusnya ada kameranya kan?" tanya Eva.
Mereka melihat berkeliling dan mencoba mengigat apa yg telah merekea temukan. Namun seingat mereka, mereka sama sekali tidak menemukan kamera. Saat mereka hampir putus asa...
"Hei! Bukankah itu kamera yg kalian maksud?" ujar Gregg sembari menunjuk atas.
Mereka dpt melihat sebuah kamera polaroid tipe 600 yg telah diselimuti oleh jaring laba-laba. Kamera itu diletakkan di atas kap lampu yang menempel pada dinding yang cukup tinggi. Kamera itu berwarna hitam. Letaknya sangat jauh dari  lantai mereka berdiri.
"Itu cukup jauh. Tapi kurasa jika tinggi kalian digabungkan, kalian bisa meraihnya," saran Eva kepada Gregg dan Redd.
"Tinggimu berapa, Gregg? aku 177." tanya Redd sembari tangannya menekan pundak Greeg -bersiap menaiki pundaknya, ia sudah melepas septunya ketika Eva berbicara.
"Aku 183.... Hei. Kau beneran mau menaikiku? Letak lampu itu cukup jauh."
"Jika dijumlah menjadi 360. ruangan ini kurasa tak lebih dari 4 meter tingginya,"jelas Eva.
"Ya. Kalo dicoba juga kita takkan tahu", ujar Redd tenang sembari berusaha berdiri di bahu Gregg. Ia dengan santainya dapat mengambil kamera itu dari kap lampu dan menemukan sesuatu yg diletakkan di atasnya -sebuah kunci-.
"Yak. Berhasil!" ujar Redd girang sembari melompat salto dari pundak Gregg.
Setelah Redd sampai di lantai, ia memberikan kunci itu kepada Gregg. Gregg segera berlari menuju pintu yg terkunci tadi. Dan ketika dia memasukkan kuncinya ke lubang kunci...
Dia terpental.
Dengan iseng, Redd memasukkan pack film yg ia temukan tadi ke dalam kamera polaroid. Ia mendekati pintu itu dan menyorot knop pintu yg berbayang absurb itu --ia berpikir mungkin dengan sebuah lensa dari viewvinder kamera dapat membuatnya melihat bayangan absurb itu dengan jelas--. Tanpa sengaja ia menekan tombol shutter bersamaan dengan kilatan blizt dari kamera dan selembar kertaspun keluar.
Redd mengambil hasil foto dan melihatnya bersama ketiga cewe itu.
"Kyaaa!" ketiga cewe itu teriak bersamaan. Mereka dapat melihat bahwa hasil foto berbeda dengan apa yg mereka lihat.
Di dalam foto itu terlihat pintu yang sedikit terbuka dan jari tangan manusia yg pucat yg sedang memegangi daun pintu -seperti ingin membuka pintu- namun wajah dan tubuhnya tak terlihat karena gelap.
"Apa sih?" tanya Gregg penasaran dan mengambil foto dari tangan Redd.
"Foto hantu?" tanya lagi. Namun suaranya bergetar. Ia membeku melihat hasil foto itu.
"Entahlah," jawab Redd sembari mengambil kunci dari genggaman Gregg dan memasukkannya ke dalam lubang pintu. Ketika kunci telah masuk ke lubang pintu, ruangan menjadi terang, suhu ruangan menjadi normal, dan kabut telah sepenuhnya menghilang seakan dihisap oleh vacuum.
"Bawa ini! Aku tidak mau membawa foto hantu," ujar Gregg sembari memasukkan foto tadi kedalam saku kemeja Redd.
"Pintunya terbuka. Ayo kita keluar dari sini," ujar Redd. Ketiga cewe itu mengikutinya, begitu jg dgn Gregg yg sdh reda dari keterkejutannya.
Mereka berempat keluar dari ruangan itu dan mereka malah semakin memasuki ruangan yang gelap dan dingin --walaupun dinginnya tidak menusuk seperti di ruangan sebelumnya--. Seharusnya mereka ada di ruangan yang telah mereka lewati sebelumnya --sebuah hall (ruang utama) dengan tangga menuju ke atas di tengahnya dan beberapa pintu.

*END OF CAPTURE 3*


0 comments:

Post a Comment